PULANG

Peron Stasiun Tugu Jogja

Ceritanya hari Jumat kemarin saya balik lagi ke Jakarta, selama beberapa hari di kota Jogja, banyak momen yang susah di lupakan, mulai dari si adek yang keseleo, naik andong yang kudanya nubruk pemotor, cuacanya yang agak sedikit kurang bersahabat, hingga keramahan penghuninya selama saya di sana...suwer ✌️.Semuanya bakalan bikin saya kangen balik ke kota ini lagi 😊.

 

Sampai di stasiun Tugu hanya sepuluh menit naik bentor dari hotel tempat saya menginap, keberangkatan kereta jam delapan limapuluh menit. Pas balik ke Jakarta kereta yang saya naiki berbeda saat berangkat, kali ini saya naik kereta Taksaka, lama waktu tempuh enam jam sampai stasiun Gambir.

Mumpung kereta belum datang saya sempet mengamati stasiun Tugu ini, kebetulan tempat cetak tiket nya sendiri agak unik, warna mesin tiketnya hijau dan bergambar, jadi bukan seperti mesin tiket yang ada di stasiun Gambir, walau tetep menggunakan layar sentuh yang sama, hanya kemasan yang berbeda.

Yang hijau itu mesin cetak tiket

Di halaman depan stasiun ada ikon kereta yang di pajang, barangkali itu menjadi ciri khas stasiun Tugu Jogjakarta. Warnanya yang cerah perpaduan hijau dan kuning bikin menarik buat di foto.

Kereta mini

Oiya, seperti cerita sebelumnya kalo kemana-mana saya selalu naik bentor atau becak motor,becak kayuh pun masih eksis, ya karena di Jogya sendiri sepertinya becak dan andong pun tetap di pertahankan keberadaannya yang justru menjadi daya tarik pelancong.

Jadi jangan salah kalau anggapan becak dan andong bikin jalanan jadi macet di sini sepertinya enggak berlaku. Keberadaan becak dan andong justru membuat suasana tradisionalnya semakin kental. Kusir andongnya pun memakai jarik batik dan blankon yang seragam, jadi ciri khasnya njawani banget, itu yang bikin mereka beda dengan kota-kota lainnya.

Kereta Taksaka pun tiba tepat waktu, tak lama saya dan adekpun di antar porter yang sudah mengantri di sana, bawaan kami lumayan berat, di tambah si adek juga ga bisa jalan cepet, keberadaan porter sangat membantu, jadi ga susah-susah cari gerbongnya karena mereka mengantar kita sampai ke tempat duduk dan menaruh barang bawaan di atas yang kadang bikin susah buat saya yang bertubuh mungil🙈untuk angkat-angkat, abot tenan..ra kuat akutu:D.

Sebelum berangkat memang sempet sarapan dulu di hotel, berhubung udah siang kita pesen nasi buat makan dengan pilihan menu nasi goreng, nasi rames dan nasi sei sambal matah.

Nasi sei sambal matah

Kebetulan kepingin nyicipin nasi sei ( sei adalah daging sapi yang di asap )dengan sambal matah yang jadi sambel favorit saya dan tumisan daun ubi yang garing. Rasanya gurih dan pedas, daun ubi tumisnya koq bisa garing gitu yaa...rada kriuk kalau di makan, sedang daging sei sapinya lembut dan manis, perpaduan yang pas untuk makan siang.

Dan ga lupa pesen teh manis anget, karena sepanjang perjalanan di iringi rinai hujan gerimis bahkan sampai stasiun Gambir pun ternyata sangat mendung. Untuk dua gelas teh manis hangat dan semangkuk nasi sei ini total delapan puluh ribu rupiah.

Sampai di stasiun Gambir pukul tiga sore, dan saya pesen grab car menuju rumah, di perjalanan pak sopirnya cerita kalau beberapa hari Jakarta selalu turun hujan. Ooh pantas saja terlihat jalanan basah dan langit mendung.Ternyata hujan rata turun di sepanjang perjalanan saya dari Jogya menuju ibukota.

Gak apalah..wong saya demen dengan hujan walau kadang sedikit repot😁 suasana hujan selalu bikin saya betah, apalagi saat mencium bau tanah yang basah...hemmm...padahal baru saja sampai di rumah..tapi hujan kembali mengingatkan saya tentang Jogya yang bikin kangen suasananya....kapan ya balik lagi ke sana...entahlah...😊.

🎶 🎶 Pulang ke kotamu...

   Ada setangkup haru dalam rindu...

   Masih seperti dulu...tiap sudut menyapaku

    bersahabat...

   Penuh selaksa makna...

  Terhanyut aku akan nostalgi....

   Saat kita luangkan waktu.....

   Nikmati bersama suasana Jogya....🎶 🎶