Hampa


Mataku buram membaca halaman demi halaman, bukan karena tak jelas hurufnya, tapi karena penuh dengan air mata yang menggenang di pelupuk mata, hingga akhirnya ku putuskan untuk meletakkan pembatas bukunya pada halaman 56, dan tanpa sengaja ku baca dengan penuh seksama halaman itu, yang ternyata kisahnya sama denganku.

Posting Komentar

0 Komentar